How I Cope with A Boyfriend Women Hate

You read it right. I have a boyfriend. We were a campus couple. We went to the same class for four years. I love him, of course. Kalo nggak, nggak mungkin saya dan dia pacaran 5 taun.
He’s a usual man. A man you might bump into everywhere. He loves his family and friends, he’s smart, he has a nice job, he knows what he wants and what he’s capable of. He’s an artist. He draws and paints well. Some points that made me fall in love.
Why do I say that women hate him? Well, I ‘hate’ him too. Sekarang pun masih sesekali, meski jenis kebenciannya sudah berbeda. Dia adalah pria yang sering wanita-wanita galauin baik di media sosial maupun di sesi curhat bersama sesama teman wanita. Terlebih dulu saya mau minta maaf sama dia—in case you read this, E—untuk sudah mengeksploitasi dirinya demi blog ini hahahaha
Maaf, ya :*
Berikut adalah kenapa wanita sering galau gara-gara laki-laki kayak gini:
1.       Dia nggak peka
2.       Dia nggak seperhatian wanita yang hampir 5 menit sekali nge-BBM, LINE, atau WA. Well, most men don’t, though.
3.       Dia jarang bangetngetngetnget ngajakin kencan atau hal-hal rekreasional lainnya (((((rekreasional)))) LOL
4.       Dia sering lupa tanggal-tanggal penting (iya, termasuk ulang tahun saya)
5.       Dia nyaris nggak pernah ngapel atau malem mingguan or whatever you call it these days
6.       Dia adalah laki-laki yang kalo ngomong selalu singkat, kaku, dan hampir emotionless. Baik langsung ataupun selagi chat.
Itu semua belum berlalu. Yang berlalu adalah hal-hal lebay dan nggak penting yang terjadi di antara kami gara-gara kelakuannya itu dan reaksi saya. Bagaimana caranya?
1.       Hadapi.
Sebagai wanita, kayaknya udah insting kita untuk menjalankan aksi diam seribu bahasa atau aksi ‘kebalikan’—you know, when you say that you’re okay tapi masih manyun-manyun that kind of acts—ketika kita sebel sama pacar dan muncul gelagat ngajakin berantem. Pengen selalu dikejar dan dibenarkan. Pengennya si dia mohon-mohon minta maaf tapi giliran dia udah minta maaf kita malah makin jaim. Pengennya diem aja tapi nggak ditegur malah ngambek. Pengennya minta turun—kalo lagi berantem di mobil—tapi pas diturunin beneran malah ngamuk.
Kenapa harus menghindar dan menarik diri di saat membicarakan apa yang kita sebelin di dia itu adalah jalan keluar yang lebih masuk akal dibanding ngambek-ngambek jual mahal? Percaya, deh laki-laki nggak akan ngerti kalo kitanya main kode-kodean kayak gitu.
2.       Pahami.
Ada alasan di balik setiap tindakan yang dia lakukan. Dia nggak semata-mata bersikap cuek atau lupa anniversary kalian tanpa alasan, kan? It’s either he’s originally that kind of person or there’s something behind it. Mungkin ada hal lain yang dia pikirin, mungkin dia nganggap kita fine aja dengan sikapnya yang begitu, atau mungkin, balik lagi, dia memang jenis laki-laki yang seperti itu.
Coba tanya alasannya baik-baik. Bersikap pasif agresif itu artinya menjadi sama menyebalkannya dengan dia. Kalo udah begitu, di mana jalan keluarnya?
3.       Terima.
Dia orangnya memang begitu. Ya, udah. Apa lagi yang harus dianalisis? He’s born with it, he’s just gonna die with it kalo nggak berubah dengan kesadarannya sendiri. Terus mencari alasan yang masuk akal, menganalisa sebab-sebab di balik perbuatannya, hanya untuk kemudian merasa makin jengkel itu cuma buang-buang waktu, tenaga, dan pikiran. Kita pacaran sama dia, kan bukan semata-mata jadian doang (abegeh banget istilah saya ya ^^”).
Kita mau terima dia sebagai pacar itu artinya kita mau juga terima diri dia yang begitu adanya, kita mencintai kelebihannya itu artinya kita juga mencintai kekurangannya. Apakah dia menerima kita begini adanya, itu urusan lain lagi. Wiseman says, give and you shall receive.
4.       Temukan me-time atau distraksi yang ampuh.
Dia udah bilang, ‘aku mah gitu orangnya’ dan kembali lempeng seolah tidak terjadi apa-apa, kita udah kepalang ngambek, dan suasana udah nggak ngenakin, waktunya untuk move on dari semua perasaan negatif; kesel, sebel, marah, jengkel, dongkol, dan kawan-kawannya. Alihkan perhatian. Ingat, dia juga sama nggak clueless-nya dengan kita. Jangan terlalu berharap dia yang akan membuat perasaan kita baik lagi secara instan.
Be with ourself for a while. Ajak temen shopping atau ngopi, ngobrol sama adik, kakak, atau anggota keluarga lainnya, nonton TV sendiri, pergi ke salon, main sama hewan peliharaan, baca buku kesukaan, masak, bersih-bersih, apapun yang bisa bikin kita feel good lagi.
Dunia tidak berputar mengitari kita, Kak, cobalah ngapa-ngapain sendiri.
5.       Jika memang sudah terjadi drama, menghindarlah tapi jangan berlarut-larut.
Kadang laki-laki tau apa yang terjadi dengan perasaan kita dari reaksi kita terhadap kelakuannya. Dan ajaibnya malah dia yang balik ngambekin kita. Kata orang sih, pihak yang lebih marah atau marah duluan itu adalah pihak yang salah. Kalo dia udah bilang dia nggak suka sikap kita atau malah diam membisu dan kita sama keselnya, jangan menghindar dari masalah. Itu cuma akan bikin kalian saling menunggu salah satu datang minta maaf duluan dan masalah makin panjang.
Menghindari percakapan selagi kepala sama-sama panas itu harus, tapi jangan lama-lama. Begitu kita merasa tenang dan dia keliatan lebih bisa diajak ngobrol, Bicarakan pelan-pelan. Pahamilah sikapnya dan keadaan tidak menyenangkan di antara kalian ini sebagai sesuatu yang bisa diperbaiki, bukan diubah. Tidak perlu over-analyzing. Nggak usah sibuk berpikir, ‘kok dia cuek gitu, sih? Jangan-jangan dia punya cewek lain’, ‘kok dia sibuk mulu, nggak pernah ngajak jalan? Jangan-jangan dia udah bosen sama gue’, dan pikiran-pikiran yang berujung pada hal-hal krusial seperti komitmen dan kesetiaan. Nggak perlu jauh-jauh mempertanyakan itu semua kalo kejadiannya hanya dia lupa ulang tahun kita atau absen anter jemput kita ke-mall misalnya. Stop comparing apple to orange. It won’t make sense.
Kemudian, ketika berbicara berdua, jangan gunakan kalimat menuduh, menuntut, menyalahkan, atau memojokkan. Bilang baik-baik apa yang kita ingin, apa yang sebetulnya kita harapkan, dan apa yang kita rasakan, tanya juga apa yang dia inginkan dan dia harapkan dan bagaimana perasaannya ketika itu. Dua kepala yang berpikir bersama itu lebih baik dari pada dua kepala yang mikirin jalan keluarnya masing-masing.
6.       Jika semua cara di atas gagal juga—kalo emang ada yang nyoba—mungkin kamu ‘cuma’ harus ketemu sama pria yang tepat.
Pahamilah bahwa tidak semua sikap apa lagi sifat manusia bisa berubah. Tidak perlu terlalu berusaha untuk merubah segala yang ada di dirinya seberapapun kalian ingin. Dia akan berubah jika dia ingin. Keadaan akan berubah jika kalian berubah, dia menyesuaikan diri dengan kita dan kita menyesuaikan diri dengannya.
Berusahalah saling menyesuaikan diri dan meredam emosi-emosi yang consuming dan tidak perlu. Nggak ada hubungan yang sempurna dan menyamankan dari sananya. Ada banyak yang berbenturan begitu dua orang memutuskan untuk berkomitmen. Dua orang bertahan karena mereka berusaha untuk bertahan.
Akan tetapi, ketika hanya kamu sendiri yang berusaha dan bertahan sementara si dia merasa kalian sehat-sehat saja dan nggak merasa ada yang perlu diusahakan, sudah waktunya kamu mencari yang mau kamu ajak berusaha bersama. Dia yang tidak mau repot-repot ikut berjuang tidak berhak sama sekali atas waktu kamu.

You know the deal, you know what to do. Now, take courage.

2 comments:

  1. omg omg whatta cute, campus couple!
    that rekreasional thing :))
    btw, ini labelnya apa ya? sungguh, bisa jadi pedoman abege- abege galau termasuk saya :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. labelnya thoughts kkk~ apa harus dibikin label baru aja nih? any ideas XD

      Delete