Miniseries Review: Punch (2014)


SPOILER ALERT - SPOILER ALERT - SPOILER ALERT - SPOILER ALERT 

I don’t really write a review biarpun judulnya review. I’m not good at things like the mechanics of the movie or the serial. Saya cuma nonton dan bisa bilang ‘ini bagus’, ‘ini keren’, ‘ini nggak jelas’, tanpa betul-betul mengerti gimana breaking it down like a review should be. Termasuk review miniseri ini.

But I can tell you why I love this one and why I decided to write a so-called review (that’s pretty much what I will do in every review). Do you watch Korean drama or miniseries? How much do you watch it? Me? I love it like I love reading a novel. I can sit all day, marathoning one 16 to 20-episode of miniseri in 2 or 3 days. What kind of genre do you watch the most? Romcom? Pure comedy? Melodrama? Or thriller? Kebanyakan drama Korea genrenya cuma berkisar di antara komedi romantis yang semenit bikin ketawa semenit bikin termehek-mehek dan melodrama yang dari episode 1 sampe episode terakhir pasti bikin mewek-mewek. Bisa deh diitung dalam satu tahun ada berapa judul dengan genre diluar dua genre favorit cewek-cewek dan ahjumma-ahjumma itu.

Beberapa genre yang popularitasnya menyamai romcom dan melodrama misalnya medical drama—yang bikin saya sekarang jadi rewel banget tiap sakit dikit langsung googling nama penyakit sampe prosedur operasinya hahahaha sick I know—dan legal drama—yang bikin saya berandai-andai kalo bisa kuliah lagi bakal kuliah hukum dan jadi pengacara. Judul-judul medical drama relatif baru yang populer misalnya Good Doctor, Doctor Stranger, dan favorit saya, Emergency Couple.

Nah, sementara saya udah sering nonton medical drama, baru sekarang ini saya nonton legal drama. Judulnya Punch, drama SBS tahun 2014. My first legal drama ever. Berat bener abisnya itu genre dan saya sendiri nggak tahu judul-judul mana yang harus saya tonton. Beberapa waktu lalu salah satu teman slash supplier stok kdrama sayabilang, kalo Punch itu bagus. We don’t share the same taste, though. Selama ini yang dia bilang bagus dan recommended ternyata saya nggak terlalu suka dan sebaliknya. Tapi hari itu, berminggu-minggu setelah dia merekomendasikan Punch sebagai must-watch, saya penasaran juga. Saya tontonlah 1 episode sebagai preview. Berat ah, capek nontonnya. Itu kesan pertama saya di menit-menit pertama. Eh tapi sesudah menit kesekian, I recognized a face. The lead male, Kim Rae Won. Lee Min Ho’s co-star in Gangnam Blues. Dark-skinned, monolid eyes, well-sculptured jawline, stern and drape in suit and white shirt. My kind of man. Jadilah saya nonton sampe jadi maraton 4-5 episode sekaligus hahahaha

Tahun lalu saya pernah nonton Three Days gara-gara netizen sibuk banget mengidolakan Park Yoo Chun, Paspampres ganteng yang unyu dan chubby. Capek dan membosankan banget. Satu-satunya yang bikin semangat nonton waktu itu cuma Park Yoo Chun-nya aja XD jarang-jarang kan liat Park Yoo Chun yang biasa cengangas cengenges, kali ini in suit and tie, rambut belah pinggir, dengan muka ketat dan serius dari awal sampe akhir. (By the way, I love him the most in Three Days)

Saya kira SBS nggak bagus bikin drama serius tanpa love line. Saya salah besar. Nonton Punch itu nggak semelelahkan nonton Three Days biarpun sama-sama nggak ada love line. Ada scene yang bikin ketawa pun ketawanya karena ketawa puas dan ketawa jahat. Bukan ketawa geli. Premisnya sederhana; seorang jaksa mengungkap korupsi atasan-atasannya. Mirip berita-berita di tv. Yang bikin menarik adalah plot twist-nya. Tiap episode adaaaa aja twist yang jaw-dropping. Bikin—kalo saya—ketawa jahat. Kumpulan plot-twist terbaik se-kdrama kayaknya milik Punch satu-satunya. Jenius banget yang nulis, bisa bikin curiga ama satu tokoh tapi kemudian malah berbalik simpati. Cuma jenius yang bisa plotting kayak gini.

Backstory-nya pun sempurna. Nyaris tanpa cacat. Seolah-olah tindakan dan motif setiap tokoh itu ‘wajar’ dan ‘bisa dimaklumi’. Padahal apa coba yang wajar dan bisa dimaklumi dari seorang Jaksa Agung yang nutup-nutupin korupsi dan penggelapan uang kakaknya?
Selain itu saya kagum banget sama hubungan-hubungan unik tiap tokohnya. Si Jaksa Agung sama si Tangan Kanannya yang kayak kakak-beradik saling backing tapi saling tusuk pada akhirnya, si Jaksa ama mantan istrinya yang musuhan tapi saling memanfaatkan, si Jaksa ama Tangan Kanannya yang nggak saling percaya tapi saling bantu, dan banyak lagi. Flawless. So human. Chemistry at its best.

Nontonnya pun nggak perlu menderita sakit kepala gara-gara istilah-istilah hukum yang njelimet dan reasoning yang orang awam nggak ngerti kenapa dan bagaimana. Semuanya masuk akal dan gampang dicerna. Asiknya lagi, di tiap episode dicantumkan nama dan jabatan tiap tokoh setiap beberapa menit sekali. Nggak bikin pusing kayak kalo nonton berita korupsi di tv. Lagi-lagi, mempermudah yang sulit itu cuma jenius yang bisa.

Dari semua puja puji tadi, saya kira ada satu yang kurang. Love line. Teuteup. Gede nonton romcom dan melodrama, sampe thriller pun kudu ada love line-nya LOL 
Padahal kan kayaknya asik kalo Park Jung Hwan ada lah skinship-skinship-nya dikit ama mantan istri (Yakali. Lo nonton I Need Romance aja sana kalo pengen skinship yang banyak. *ngomong ama kaca*)
Anyway, tahun ini makin banyak lagi drama thriller lain yang recommended. I add Achiara’s Secret to my must-watch list XD

0 comments:

Post a Comment